Berapa Jumlah bahasa di dunia ini?

Jumlah bahasa di dunia
Berdasarkan rujukan linguistik internasional yang paling banyak digunakan (misalnya Ethnologue), saat ini terdapat sekitar 7.100–7.200 bahasa yang masih hidup di dunia. Jumlah ini dinamis, karena:

  • Ada bahasa yang punah setiap tahun,

  • Ada pula bahasa yang diklasifikasikan ulang (dialek menjadi bahasa, atau sebaliknya).

TOP 50

Daftar 50 Bahasa Utama Dunia (Urut Alfabet)

Kisah Perjuangan Nabi Musa A.S. dan Relevansinya dengan Zaman Modern

 Kisah Perjuangan Nabi Musa A.S. dan Relevansinya dengan Zaman Modern

Nabi Musa A.S. lahir pada masa kekuasaan Fir’aun yang sangat zalim, ketika bayi-bayi laki-laki Bani Israil dibunuh karena ramalan bahwa seorang anak dari kaum tertindas itu akan menjadi sebab runtuhnya kekuasaan Fir’aun. Sebenarnya mimpi buruk itu adalah peringatan dari Allah SWT agar Fir'aun tidak berbuat aniaya.

Atas wahyu Allah, ibu Musa A.S menyusui dan merawatnya dengan penuh keimanan, lalu menghanyutkannya ke Sungai Nil atas perintah Allah SWT (QS Al Qashas ayat 7). Hal ini demi keselamatannya. Takdir Allah mengantarkan bayi Musa A.S justru ke istana Fir’aun, musuh terbesar Bani Israil. Fir’aun menyadari ancaman di balik bayi itu, namun ia tidak mampu menolak keteguhan istrinya, Asiyah, yang melarang Musa dibunuh. Sejak awal, Allah telah memperlihatkan bahwa kekuasaan sebesar apa pun tidak mampu melawan rencana-Nya.

Nabi Musa A.S tumbuh besar di lingkungan istana, menikmati pendidikan dan perlindungan penguasa yang kelak akan ia lawan. Namun jiwanya tetap berpihak pada kaum tertindas. Pada usia sekitar 18 tahun, sebuah peristiwa menjadi titik balik: Musa melihat pertikaian antara seorang Qibthi (kaum Fir’aun) dan seorang Bani Israil. Musa bermaksud melerai dengan satu pukulan, tetapi pukulan itu menyebabkan orang Qibthi meninggal dunia. 

Journal of Pragmatics Research (JoPR)

Journal of Pragmatics Research (JoPR), E-ISSN: 2656-8020
Journal of Pragmatics Research (JoPR), E-ISSN: 2656-8020, is published by Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Indonesia. It is a forum published every April and October and aimed at developing all aspects of scholarly theories and research on pragmatics, Pragma-linguistics, Discourse Analysis, Sociolinguistics, and socio-pragmatics within the Indonesian context of political and socio-cultural elements. Authors may send the manuscript of these topics in English or Bahasa Indonesia. This Journal has been accredited by the Indonesian Ministry of Research, Technology, and Higher Education of the Republic of Indonesia in SINTA 3 since 2024. The recognition was published in the Director Decree (SK No. 177/E/KPT/2024), effective until 2028. Intending to improve the journal's quality since 28th October 2022, this journal has officially cooperated with INaPrA ( Indonesian Pragmatics Association). See The MoU Manuscript.
IMPORTANT NOTE:
1. The Editor makes no PDF of LoA (Letter of Acceptance). LoA is issued solely as an accepted paper notification via the official E-mail of the Journal of Pragmatics Research: jopr@uinsalatiga.ac.id.
2. The Editor has the right to ask the contributors to omit, reformulate, or reword their manuscripts or any part thereof in a manner that conforms to the publication policy.
3. THERE IS NO affiliation, Association, or endorsement between Elsevier's Journal of Pragmatics and UIN Salatiga's Journal of Pragmatics Research (JoPR).

Click for More...

Papers authored by Teisar Arkida, S.Hum., M.Li.

Berikut daftar artikel jurnal/prosiding karya Teisar Arkida, S.Hum., M.Li. yang mencakup judul artikel, nama jurnal/proceeding, dan tautan URL yang dapat diklik langsung oleh pembaca. Informasi ini berdasarkan hasil pencarian publikasi akademik terkait evaluasi bahasa, framing media, dan analisis wacana berita politik/klasik Covid-19 yang melibatkan penulis tersebut: 


1. Appraisal: Framing on Covid-19 Pandemic Handling News in Indonesia

Penulis: Teisar Arkida, Djatmika Djatmika, Riyadi Santosa
Jurnal: International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding
Tahun: 2022
Link: Klik di sini: https://ijmmu.com/index.php/ijmmu/article/view/4187

IJMMU+1
Keterangan: Artikel ini menganalisis penggunaan bahasa evaluatif dalam pemberitaan tentang penanganan pandemi Covid-19 dan bagaimana framing tersebut membentuk citra politis calon presiden 2024. IJMMU
 

2. ATTITUDES: Manifestasi Tahun Politik 2024 di Balik Laporan Covid-19

Penulis: Teisar Arkida, Djatmika Djatmika, Riyadi Santosa
Prosiding: Prosiding Seminar Nasional Linguistik dan Sastra (SEMANTIKS)
Tahun: 2022
Link: Klik di sini: https://jurnal.uns.ac.id/prosidingsemantiks/article/view/65377

Jurnal Universitas Sebelas Maret
Keterangan: Paper ini mengeksplorasi bagaimana bahasa evaluatif pada berita Covid-19 memuat agenda politik tersembunyi di balik framing media menjelang Pemilu 2024. Jurnal Universitas Sebelas Maret

 
3. Framinguistics: How is Evaluative Language Used to Manipulate Social Depictions of the 2024 Indonesian Presidential Candidates in Political News Texts?

Penulis: Teisar Arkida, Riyadi Santosa, Tri Wiratno
Prosiding: Proceedings of the Third International Conference on Communication, Language, Literature, and Culture (ICCoLliC 2024) (Atlantis Press)
Tahun: 2024
Link: Klik di sini: https://www.atlantis-press.com/proceedings/iccollic-24/126006843

Atlantis Press
Keterangan: Prosiding ini membahas strategi framing evaluatif terhadap kandidat presiden di media Kompas, TVOne News, dan Metro TV News dalam konteks pemilu 2024. Atlantis Press

 
4. Linguistic Reflections of Cultural Ethics: Social Assistance Discourse in Surakarta


Penulis: Teisar Arkida, Fitri Anekawati, Wakit Abdullah Rais
Jurnal: Journal of Pragmatics Research
Tahun: 2025
Link: Klik di sini: https://ejournal.uinsalatiga.ac.id/index.php/jopr/article/view/3692 eJournal UIN Salatiga
Keterangan: Artikel ini merupakan kajian etnolinguistik yang memadukan diskursus bantuan sosial dan etika budaya di Surakarta; relevan dalam memperlihatkan spektrum penelitian linguistik yang lebih luas dari penulis. eJournal UIN Salatiga

Pentingnya Pesantren Mutajawilah: Minal Masjid ilal Masjid: Khurudj Fi Sabilillah

 1. Tarbiyah Imaniyyah sebagai Fondasi Hakikat Kemanusiaan

Allah menetapkan manusia sebagai asyrāful makhlūqāt (makhluk paling mulia), sebagaimana firman-Nya: Laqad karramnā banī Ādam — “Sungguh Kami telah memuliakan anak cucu Adam.”

Kemuliaan ini bukan otomatis, tetapi bersyarat: ia bergantung pada iman, ketaatan, dan pengelolaan hawa nafsu. Di sinilah tarbiyah imaniyyah menjadi kebutuhan primer.

Malaikat taat secara total, tetapi tidak memiliki hawa nafsu. Manusia diberi akal dan nafsu; ketika ia taat, derajatnya melampaui malaikat. Namun ketika iman ditinggalkan, manusia bisa jatuh lebih rendah dari binatang, karena binatang tidak diberi akal dan tanggung jawab syariat.

Tarbiyah iman berfungsi menjaga manusia tetap berada pada jalur kemuliaannya, agar potensi akal dan nafsu tidak saling menghancurkan, tetapi saling dikendalikan dalam ketaatan kepada Allah.

2. Analogi Tanah: Hakikat Jiwa Manusia dan Kebutuhan Tarbiyah

Manusia diciptakan dari tanah; karena itu jiwa manusia bersifat reaktif dan mudah dipengaruhi:

Tanah terkena panas terus → keras

Tanah terkena air terus → lembek

Tanah dibiarkan → tumbuh liar

Demikian pula hati manusia: Tanpa tarbiyah iman, hati akan keras oleh dunia, lembek oleh syahwat, atau liar oleh hawa nafsu. Tarbiyah imaniyyah berfungsi seperti petani yang mengolah tanah: membajak, menyirami, membersihkan gulma, dan menanam tanaman yang bermanfaat.

Tanpa tarbiyah:

Tumbuh rumput → sifat hewan ternak (egois, tidak peduli penderitaan orang lain).

Tumbuh ilalang → sifat buas (menyakiti demi kepentingan).

Tumbuh pohon liar dan lembab → muncul sifat ular dan kalajengking (merusak demi kesenangan).

Ini selaras dengan QS Al-A‘raf: 179, bahwa manusia yang tidak menggunakan hati, mata, dan telinga untuk iman lebih sesat daripada binatang ternak.

3. Tarbiyah Iman sebagai Jalan Keluar dari Egoisme Sosial

Fenomena “yang penting urusan saya” adalah gejala ketiadaan tarbiyah iman. Binatang ternak tetap makan meski saudaranya disembelih—tidak ada empati. Ketika manusia hidup dengan prinsip serupa, ia telah kehilangan fungsi sosial dan risalah kemanusiaannya.

Tarbiyah iman:

Menumbuhkan kepekaan sosial. Menghidupkan rasa tanggung jawab kolektif. Mengubah orientasi hidup dari self-centered menjadi Allah-centered. Inilah pintu masuk kewajiban amar ma‘ruf nahi mungkar.