Lafadz Takbiran Lengkap

 

Berikut adalah lafadz takbiran lengkap yang sering dibaca saat Hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Takbiran ini berisi pujian kepada Allah, pengagungan, dan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ:

Lafadz Takbiran Lengkap

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, laa ilaaha illallahu wallahu Akbar. Allahu Akbar wa lillahil hamd.
Allahu Akbaru Kabira, walhamdulillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila.
Laa ilaaha illallahu wahdah, sadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundah, wa hazamal ahzaaba wahdah.
Laa ilaaha illallahu wallahu Akbar. Allahu Akbar wa lillahil hamd.

Artinya

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan hanya milik Allah segala puji.
Allah Maha Besar dengan kebesaran-Nya, segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang.
Tidak ada Tuhan selain Allah semata, yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, memuliakan tentara-Nya, dan menghancurkan musuh-musuh sendirian.
Tidak ada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar. Allah Maha Besar dan hanya milik Allah segala puji.

Makna Takbiran

  1. Pengagungan kepada Allah: Mengakui kebesaran dan keesaan-Nya.

  2. Pujian kepada Allah: Mensyukuri nikmat yang telah diberikan.

  3. Doa dan harapan: Memohon pertolongan serta mengingat kemenangan umat Islam.

Takbiran ini biasanya dilantunkan secara berjamaah di masjid atau di rumah dengan penuh semangat sebagai bentuk syukur atas hari kemenangan umat Islam.


Answer from Perplexity: pplx.ai/share

Kata "Bangsat" adalah kutu busuk dan kata "Bajingan" adalah orang yang mengendalikan gerobak sapi

Kata "bangsat" dalam bahasa Indonesia memiliki dua makna utama yang berkaitan dengan asal-usulnya. Pertama, "bangsat" merujuk pada sejenis serangga parasit, yaitu kutu busuk (Cimex lectularius), yang dikenal karena kebiasaannya menghisap darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Kutu ini sering ditemukan di tempat tidur, sofa, dan area tersembunyi lainnya, dan dapat meninggalkan bekas gigit yang gatal dan menyakitkan12.

Kedua, dalam konteks sosial dan bahasa sehari-hari, "bangsat" juga digunakan sebagai kata umpatan atau makian untuk menggambarkan orang yang berperilaku jahat atau merugikan orang lain. Penggunaan kata ini sebagai umpatan mungkin berasal dari rasa frustrasi atau kesal yang dialami seseorang ketika digigit oleh kutu busuk, sehingga kata tersebut menjadi sinonim untuk menyebut orang-orang yang dianggap tidak beretika45.

Appraisal and Ideology Realization

 


Document Type : Original Article

Authors

1 Universitas Sebelas Maret, Indonesia

2 Universitas Islam Negeri Salatiga, Indonesia

Abstract

This study analyzes the language employed by Kompas, Republika, Media Indonesia, and Jawa Pos regarding the relocation of Indonesia’s capital city, focusing on attitude, graduation, and engagement. Eight online texts were analyzed using discourse analysis. This paper used systemic functional linguistics as a tool to analyze the texts. The findings revealed a predominance of positive attitude data (67.2% positive, 32.8% negative), predominantly heterogloss in engagement (91.8% heterogloss, 8.2% monogloss), and a majority of raising/sharpening graduation data (75.1% raising/sharpening, 24.9% lowering/softening). This disparity between positive and negative appraisal data signifies significant and contentious issues the government, community leaders, and the general public face concerning the capital city’s relocation. The results of news outlets analysis demonstrated how ideological orientations shape the construction of social and political values, influencing public beliefs and perceptions of the capital relocation project in Indonesia.

Keywords

Jonathan Culpeper (2011) in Impoliteness: Using Language to Cause Offence




Jonathan Culpeper adalah seorang ahli pragmatik dan linguistik yang dikenal atas kontribusinya dalam studi tentang impoliteness atau ketidaksopanan dalam bahasa. Melalui berbagai karyanya, terutama buku "Impoliteness: Using Language to Cause Offence" (2011), Culpeper mengeksplorasi bagaimana ketidaksopanan digunakan sebagai alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan tertentu.

Definisi dan Konsep Dasar

Ketidaksopanan, menurut Culpeper, merujuk pada perilaku komunikatif yang menarik evaluasi negatif dalam konteks tertentu dan menyebabkan pelanggaran atau ketidaknyamanan. Ini berbeda dari ketidaksopanan yang tidak disengaja atau ketidaktahuan terhadap norma sosial; ketidaksopanan sering kali bersifat disengaja dan strategis. Culpeper menekankan bahwa ketidaksopanan bukan hanya kebalikan dari kesopanan, tetapi memiliki dinamika dan fungsi tersendiri dalam interaksi sosial.

Strategi Ketidaksopanan


Dalam upayanya untuk menguraikan anatomi ketidaksopanan, Culpeper mengidentifikasi beberapa strategi utama yang digunakan individu untuk mengekspresikan ketidaksopanan:

Verbal abuse is a form of psychological or emotional abuse

 Verbal abuse is a form of psychological or emotional abuse characterized by the use of language to demean, belittle, or control another person. It encompasses various behaviors such as name-calling, insults, threats, and manipulation, often leading to significant emotional distress for the victim. Unlike physical abuse, verbal abuse does not leave visible scars but can have profound long-term effects on mental health, including depression, anxiety, and low self-esteem127.

Reasons for Verbal Abuse

People engage in verbal abuse for several reasons:

  • Control and Power: Abusers often seek to establish dominance over their victims. This power dynamic allows them to manipulate and intimidate others to fulfill their own desires without regard for the victim's well-being59.

  • Insecurity: Many abusers project their insecurities onto others, using verbal attacks as a way to feel superior or to mask their own vulnerabilities29.

  • Learned Behavior: Individuals who have experienced verbal abuse in their own lives may replicate these patterns in their relationships, normalizing harmful communication styles26.

Types and Patterns of Verbal Abuse