oleh Casofa Fachmy
pada 25 Oktober 2010 pukul 3:46 ·
Semalam, sungai kesukaan kita airnya mengalir tenang;
begitu juga angin
Dengan genap lingkarannya, tak nampak bayangannya terbelah-belah
Hingga berlalu beberapa waktu kemudian, tiba-tiba sehelai daun jatuh pelan
Lalu bayangan bulan tersentuh pelan, dan sedikit berhamburan;
manis sekali
Aku ingat, di beberapa waktu sebelumnya, saat engkau menggamit tanganku mesra
Di tengah cahaya bulan yang gemilang dan bintang yang jarang
Diiringi siulku sepanjang jalan;
dan engkau mengira aku terlalu girang
Kita bercerita bukan tentang masa lalu yang sama-sama membuat pipi berbasahan
Tapi kita bercerita tentang masa di jalan berpualam di taman langit, yang sering dilewat peri-peri.
Saat berhamburan menuju bumi; menemani mereka yang tengah jatuh hati
Ah, rasanya, malam itu begitu tenang; walau sesekali ujung bajuku tersepoi sederhana
Ah, ingin sekali mengulangnya;
dan tahukah, tatapanmu yang polos, seperti dimuati cahaya bulan
Suatu hari kelak, kita akan bersama; riang, gembira, bahagia
Ah, engkau mungkin menertawaiku kenapa harus kumeyakini itu
Sungguh tak memungkin keadaanku; tak bisa ku menemanimu, jawabmu
Ah, tahukah engkau, aku selalu ingin melakukan ini: melakukan segalanya karena-Nya
Dan biarkan Ia yang memberikan keajaiban-Nya; meluruskan dan memudahkan jalan kita
Seperti awan yang menghalang jalan burung-burung yang terbang menuju utara
Bagi beburung itu, rasanya justru pemandangan yang memperindah ritme hidup mereka.
Dalam istikharah, ada dua maknanya: memilih, dan memantapkan
Jika hanya satu pilihan, maka tak usah memilih, tapi memantapkan
Maka kumantapkan pilihan itu, dan mengadu pada-Nya untuk ikut memantapkan
Lalu kita akan benar-benar bertemu, saat lentera pertama dinyalakan, dan reribuan mengikutnya
Seperti perayaan awal tahun, yang langit berhiaskan petasan, dan banyak bunga plum bermekaran.
Kemudian di balik tirai kumala, orang-orang ikut menyumbang doa keberkahan
Hingga tiba masanya itu, aku takkan berpenuh janji untuk memberimu ini:
“Di tamanku yang kubuat khusus untukmu, ada menara yang berhias willow-willow
Tamannya berpadu danau yang penuh angsa di siangnya, dan berhias rembulan di malamnya.”
Tapi kan kuajak engkau mengerti bersama pada kekalimat ini:
“Semoga kita tetap mampu mengangkat tangan memohon ke langit
Agar kita tetap berpijak kuat, agar selalu mulia di langit, mulia di bumi.”
Suatu waktu kelak, kisah ini akan dikenang; kemudian menjadi legenda turun-temurun
Dan saat orang-orang tengah melakukan itu kepada taulan-taulan mereka
Kita sudah berceria di sudut taman langit yang pernah kita bincangkan itu…
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comment...I am looking forward your next visit..