Oleh : Faizal Risdianto
I. Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini banyak ahli linguistik memakai istilah ‘kata’ secara kurang cermat sehingga Lyons mengusulkan sebagai berikut,
“ However, since most linguists now employ the term ‘word’ to refer to such phonological or orthographical units such as /saen/ or ‘sang’ on the one hand, or to the grammatical units they represent, on the other hand, (and indeed do not always distinguish even between these two senses), we shall introduce another term, lexeme, to denote the more ‘abstract’ units which occur in different inflexional ‘forms’ according to the syntactic rules involved in the generation of sentences” (1968:197).
Jadi, kata atau ‘word’ dibedakan dari kata atau ‘lexeme’.
Sebenarnya istilah leksem sudah dipergunakan oleh Whorf pada tahun 1938. Dalam salah satu karangannya, pelopor relativitas bahasa itu menerangkan bahwa “The lexeme….” Adalah “…..the word or wtem as an item of the vocabulary, and as a part analyzed or abstracted from sentence words” (lihat Carol 1956:125). Lyons dalam karangannya yang lain menyatakan, “ …vocabulary words constitute one subclass or what….we are calling lexeme”.(1977:19). Kemudian ia menyatakan, “…lexemes are the words and phrases that a dictionary would list under a separate entry” (1977:23). Sarjana lain, Mathews, menyebutkan bahwa leksem merupakan “ an Abstract unit” (1974:21) adalah “….the fundamental unit….of the lexicon (1974:22)..
Berikut ini akan dipaparkan beragam pandangan para linguis terhadap konsep Leksem meliputi pendapat dari F.Katamba, Laurie Bauer, Harimurti Kridalaksana dan D. Edi Subroto
II.PEMBAHASAN
A.Pandangan F.Katamba
Leksem adalah the abstract vocabulary item. Bentuk seperti : pockling, pockle, pockles, dan pockled adalah realisasi atau representasi berbeda dar leksem POCKLE. Leksem ditulis dengan huruf besar. Kata–kata tersebut mempunyai suatu makna inti walaupun berbeda ejaan dan ucapan. Menurut Di Scivilo and Williams 1987. Leksem adalah the vocabulary items that are listed in the dictionary (item kosa kata yang terdaftar dalam kamus. Kita setuju bahwa bentuk fisik kata–kata : see, sees, seeing, saw, seen adalah realisasi dari leksem SEE. Kata–kata tall, taller, tallest adalah realisasi dari leksem TALL. Kata–kata boy, boys adalah realisasi dari leksem BOY dan kata–kata woman, women adalah realisasi dari leksem WOMAN.
Mengenai istilah ‘word’(kata) bukanlah item kosa kata abstrak dengan makna inti umum (leksem), melainkan merujuk pada realisasi fisik tertentu dri leksem dalam bentuk ujaran atau tulisan. Jadi : see, sees, seeing, saw dan seen adalah 5 kata berbeda dari leksem yang sama. “word” juga bisa dilihat sebagai representasi dari leksem yang dihubungkan dengan piranti morpho–syntactic, seperti nomina, adjektiva, verba, tense(kala), gender, numeral dst. “word” dalam hal ini kita sebut ‘grammatical word’. Kata ‘cut’ pada kalimat berikut merupakan representasi dari grammatical word berbeda :
- usually I cut the bread on the table
- Yesterday I cut the bread in the sink
‘cut’ pada a. merepresentasikan grammatical word – present tense.
‘cut’ pada b. merepresentasikan grammatical word– past tense.
Mereka dari leksem yang sam yaitu leksem verba CUT. Tapi kalimat ‘Jane has a cut on her finger’. Kata ‘cut’ merupakan realisasi dari leksem Nomina.
B. Pandangan Laurie Bauer
Leksem merupakan kunci utama dalam batas–batas paradigma yang tidak mengacu kepada bentuk tertentu yang dimiliki oleh suatu kata dalam keadaan tertentu, tapi lebih mengacu kepada semua bentuk yang kemungkinan dapat dimiliki oleh kata tersebut (all the possible shapes that word can have).
Sebagai contoh: jika kita menemukan kalimat “ This hunter shoots big game”, tetapi kita tidak memahami kata kerja pada kalimat tersebut. Dalam keadaan semacam ini kita akan mencari kan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Kita tidak akan mencari kata ‘shoots’ tetapi bentuk kata shoot. Dengan entri kata ‘shoot’ kita berharap dapat menemukan semua info yang diperlukan untuk menerjemahkan arti bkan hanya shoot tapi juga shoots, shooting, dan shot.
Kata shoot merupakan kunci/menjadi kunci paradigma infleksional yang menyebabkan munculnya kata shoots. Kata–kata seperti shoot, shoots, shooting dan shot semua berada dibawah leksem “SHOOT”.
Bentuk kata dan Leksem :
Bentuk kata mengacu kepada bentuk tertentu dari suatu kata pada situasi tertentu. Penekaknannya pada bentuk fonologis dan ortografis (corredt or conventiional spelling).Sedangkan leksem mengacu kepada bentuk yang lebih abstrak sifatnya. Sebagai contoh kata ‘shot’merupakan bentuk dari kata’shoot’. Dengan pemakaian terminologi baru bisa diperjelas dengan statemen bentuk kata ‘shot’ merupakan bentuk leksem’ shoot ‘. Menurut konvensi tipografis huruf besar dipakai untuk membedakan bentuk kata. Jadi statemen diatas bisa dibuat bahwa “shot merupakan bentuk dari SHOOT”.
Bentuk kata (word–forms) merupakan representasi dari leksem. Citation form (bentuk kutipan/sebutan) sebuah leksem merupakan bentuk kata dari paradigma infleksional leksem yang digunakan ketika sebuah leksem masuk ke dalam kamus standar; jadi, bentuk sebutan leksem bahasa Inggris yang telah dibahas diatas ialah shoot bukan shot,shoots atau shooting.
C.Pandangan D.Edi Subroto
Leksem adalah hasil abstraksi yang tidak merubah identitasnya. Identitas disini dimaksudkan identitas yang tidak merubah paradigma. Secara lebih spesifik dikatakan bahwa leksem adaalah hasil abstraksi terkecil yang tidak merubah identitas paradigma. Baik paradigma nomina, verba, ajektiva dll.
Contohnya dari leksem WRITE terdapat bentuk yang berbeda–beda misalnya writes, wrote, written dll. Ini masih dalam paradigma verba. Sedangkan bentuk writer, the writing dalam paradigama yang berbeda yaitu paradigma nomina. Leksem dua bentuk ini bukan WRITE tapi WRITER. Kata ‘writer’ sudah merupakan kesatuan terkecil..
D. Pandangan Harimurti Kridalaksana
Leksem sebagai satuan dasar dalam leksikon dibedakan dari kata. Leksem merupakan bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika. Jadi leksem adalah :
- satuan terkecil dalam leksikon
- satuan yang berperan sebagai input dalam proses morfologi
- bahan baku dalam proses morfologi
- unsur yang diketahui adanya dari bentuk yang setelah disegmentasikan dari bentuk kompleks merupakan bentuk bentuk dasar yang lepas dari morfem afiks.
- bentuk yang tidak tergolong proleksem atau partikel.
Leksem dalam morfologi
Morfologi dipandang sebagai subsistem yang mengolah leksem menjadi kata. Leksem ebagai input merupakan satuan leksikal, dan kata sebagai output merupakan satuan gramatikal. Dalam proses itu selain mengalami perubahan bentuk, juga perubahan makna.
Leksem – – – – – – –Proses Morfologi – – – – – –– – Kata
–derivasi zero
–afiksasi
–reduplikasi
–pemendekan
–derivasi balik
–perpaduan
Berubahnya leksem menjadi kata, juga disebut gramatikalisasi dan kebalikannya adalah leksikalisasi
Contoh
Seni, drama, tari
Menjadi
Seni drama tari –– – –– – –––gramatikalisasi
Menjadi sendratari – – – –– – ––– leksikasisasi
Menjadi
Disendratarikan –– – – –– – ––gramatikalisasi
Satuan yang terlibat dalam proses morfologi adalah leksem, kata dan beberapa jenis morfem, yaitu partikel dan proleksem.
Konstruksi Sintaksis
Mengacu pada gabungan leksem yang membentuk konstruksi sintaksis, yaitu frasa.
Konstruksi Asintaksis
Merupakan gabungan leksem yang tidak dapat mengisi pola sintaksis. Konstruksi ini disebut paduan leksem.
Ada 5 golongan paduan leksem.
- paduan subordinatif substantif (19 tipe)
contoh . mata angin, balik nama, ganti rugi, jalan pintas dll.
- paduan subordinatif atributif ( 16 tipe)
contoh. Baik budi, pendek akal, kepala dingin, dll.
- paduan koordinatif (7tipe) contoh alim ulama, babak belur, besar kecil dll
- Paduan proleksem. Contoh dasa sila, nir aksara , adi buwana dst. Proleksem mempunyai ciri (1) bermakna leksikal tetapi bentuknya terikat, (2)lingkup maknanya terbatas, (3) tidak berhubungan dengan bentuk lain dalam sistem morfologi BI, (4) tidak mempunyai kemungkinan untuk mengalami proses morfotogenik
- Panduan sintesis
- Bisa terikat + bebas, terikat + terikat. Contoh. Indo Eropa, psiko motor, geo fisik,dll. Eksogomi, etnologi, psikologi, dll.
Sifat bahasa Indonesia yang ditampilkan oleh panduan leksem.
- panduan leksem sebagai usaha penghematan. Padanan yang renggang, yang berstatus frasa merupakan bentuk panjang, sedangkan yang bersatus paduan leksem merupakan bentuk ringkas. Cont.
uang belanja – uang untuk belanja
uang duka – uang untuk tanda duka
prasejarah – sebelum sejarah
nir gelar – bukan gelar
- paduan leksem mempunyai ciri
–ketaktersisipan
–ketakterbalikan
–ketakaterluasan
III. SIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum pendapat F.Katamba, Laurie Bauer dan D.Edi Subroto memiliki pendapat yang senada dalam konsep leksem meski bentuk uraian dan paparannya berbeda–beda. Menurut F Katamba leksem ialah item kosa kata abstrak, menurut Bauer leksem ialah kunci utama dalam batas–batas paradigma yang tidak mengacu pada bentuk tertentu, tapi mengacu kepada semua bentuk yang mungkin dapat dimiliki oleh kata tersebut, dan menurut D.Edi Subroto leksem ialah hasil abstraksi yang terkecil yang tidak merubah identitas paradigma atau mentesnya..
sedangkan Harimurti Kridalaksana memiliki pendapat yang bertentangan dengan ketiga pandangan pakar linguistik diatas. Leksem adalah bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika. Istilah bahan dasar dirasa kurang tepat menurut sudut pandang para pakar linguistik lainnya lainnya karena dianggap masih terlalu umum konsepsinya. Pendapat umum para linguis mengenai leksem ditentukan sebagai abstraksi terkecil yang mengacu pada semua bentuk yang mungkin dapat dimiliki kata tersebut(‘all the possible shapes’) yang tidak merubah identitas paradigmanya. Perubahan–perubahan pada paradigma itu ditentukan oleh syntactic faktor atau faktor sintaksis. Pendapat ini sesuai juga dengan Jack Richards dalam “Longman Dictionary of Applied Linguistics” bahwa “ lexeme is the smallest unit in the meaning system of language that can be distinguished from other similar units. A lexeme is an abstract unit. It can occur in many different forms in actual spoken or written sentences. And is regarded as the same lexeme even when inflected..”(p.163).
BIBLIOGRAPHY
Bauer, Laurie 1983. English word Formation. Cambridge University Press. London
D. Edi Subroto. Seminar Nasional I Semantik. Ikhwal Relasi Makna : Beberapa Kasus dalam Bahasa Indonesia. S–2 Linguistik, UNS, 26–27 Februari 1999
Harimurti Kridalaksana. Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia. Penerbit Kanisius. Jakarta
Katamba, Francis . Morphology. Penguin Press...
No comments:
Post a Comment
Thanks for your comment...I am looking forward your next visit..