Rahasia Besar Menjadi Jurnal Terindeks Scopus Q1 di Indonesia



Wawancara Eksklusif dengan Prof. Dr. Zakiyudin Bhaidawy, M.Ag Rektor IAIN Salatiga 2019-2023 dengan Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I pada Jurnal IJIMS di Hotel Aston Jember, pada tanggal 26 Juni 2019. Jurnal IJIMS (Jurnal Islam dan Masyarakat Muslim Indonesia) adalah jurnal di Program Pascasarjana IAIN Salatiga. IJIMS telah terindeks Scopus Q1, Crossref, Copernicus Index, Islamicus Index, dan masih banyak lagi. Selain itu, IJIMS telah mendapatkan akreditasi nasional (A) dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Berikut wawancara kami dengan Basuki Kurniawan dari Media Center Fakultas Syari'ah bersama Rektor IAIN Salatiga Prof. Dr. Zakiyudin Bhaidawy, M.Ag bersama Dekan Fakultas Syariah IAIN Jember Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil. SAYA.

Bagaimana Anda memulai Jurnal IJIMS?

Junal IJIMS lahir pada tahun 2011, sedangkan saya diberi amanah sebagai asisten direktur program Pascasarjana Pascasarjana karena pada tahun 2011 kami memulai program Pascasarjana. Sedangkan Ketua pendirian saya, dan berdasarkan surat keputusan diberi mandat sebagai asisten direktur. Saya memiliki ide besar karena IAIN Salatiga memiliki visi besar yaitu IAIN Salatiga sebagai Pusat Referensi Kajian Islam Indonesia. Jika kita ingin menjadi referensi, maka kita harus memiliki menara akademik. Selain kajian, menara akademik juga harus memiliki jurnal ilmiah yang memuat gagasan-gagasan Islam Indonesia. Kedua, karena kami memiliki aspirasi internasional, jurnal ini tidak ditulis dalam bahasa Indonesia. Awalnya, jurnal ini menggunakan bahasa dwibahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab. Hanya kami sebagai pengurus yang mengalami kesulitan dengan artikel berbahasa Arab, seperti mencari penulis berbahasa Arab dan mengelola jurnal berbahasa Arab lebih sulit daripada mengelola artikel berbahasa Inggris atau Indonesia. Dan IJIMS telah menerbitkan jurnal tersebut tiga kali dalam bilingualisme, namun pada edisi keempat, kami fokus pada bahasa Inggris.

 Apa yang membedakan Jurnal IJIMS dengan jurnal lain di Indonesia?

Di Indonesia banyak kajian Islam, namun nama jurnalnya berbeda. Saya cenderung menyoroti masyarakat Muslim. Maka kajian-kajian yang tidak murni tekstual, tetapi warna Islam sebagai praktik, sosiologis, antropologis, ilmuan sosial manusia lebih menonjol yaitu pluralitas Islam itu sendiri.

Bangunan kajian tekstual dan sosio-historis tidak berdiri sendiri. Yang kedua membangun kesenjangan antara ortodoksi dan heterodoksi; realitas Islam adalah tradisi besar dan banyak tradisi lokal. Studi primer disebut ortodoksi, dan studi minor disebut heterodoksi. Studi kami mendukung pendekatan inter dan transdisipliner. Jadi itu melibatkan studi Islam dan lebih dekat dengan studi ilmu sosial. Mengapa kata masyarakat muslim yang dipilih? Oleh karena itu oleh pembaca barat lebih disukai. Kami membaca kecenderungan studi di luar itu; Islam bukan sebagai dogma/doktrin tetapi sebagai masyarakat yang dipraktikkan. Jika melihat agama di Eropa, Islam adalah masyarakat atau komunitas, bukan dogma. Kemudian kami mengambil istilah itu sebagai jurnal.

Sejak kapan  terindeks Scopus Q1 ?

Secara historis, kami didirikan pada tahun 2011 setelah tiga tahun; pada tahun 2014, kami langsung terakreditasi A dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (dulu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Dari situ, kita harus punya roadmap yang jelas; untuk tiga tahun ke depan, visinya tidak hanya jurnal yang diakui secara nasional tetapi internasional. Dari sana, jurnal tersebut ditulis dalam bahasa Inggris. Bagaimana dalam 3 tahun membuat roadmap agar terindeks Scopus. Untuk itu, banyak hal yang kami perbaiki di April 2016, submit ke Scopus. Kemudian diterima, dan 13 Agustus 2017 terindeks Scopus diterima (accepted). Artinya, mulai 13 Agustus 2017 sudah terindeks Scopus. Setelah Scopus muncul untuk masuk di Scimagojr.com, butuh waktu satu tahun lagi. Terakhir, mereka berjanji akhir Mei atau awal Juni nama kami akan muncul di scimagojr.com. Alhamdulillah 1 Juni 2019 tepat, jadi kita diterima seperti Lailatul Qadar. Scimagojr.com adalah salah satu lembaga yang mengeluarkan pemeringkatan jurnal di seluruh dunia; awalnya kami tidak menyangka Scopus Q1, kami memprediksi Q3, tapi ternyata jumlah sitasinya melebihi. Kami mendapatkan Scopus Q1 dengan indeks 0,161 meskipun setidaknya 0,15. Kita bersyukur satu-satunya lembaga yang lolos Q1, tidak ada lembaga Q1 di Indonesia.



Apa tips dan rahasia menjadi jurnal terindeks Scopus Q1?

Ya, saya pikir kami memiliki jurnal akses terbuka, sistem jurnal terbuka; artikel yang kami upload disebarluaskan seluas-luasnya. Semakin banyak terindeks di lembaga terindeks internasional, semakin tinggi peluang keterbacaannya. Semakin tinggi keterbacaannya, semakin tinggi peluang untuk dikutip oleh para sarjana dunia.

Biasanya ketika publikasi baru telah diterbitkan, kami mengirimkan tautan ke artikel tersebut, yang tersebar di mana-mana, membuka peluang untuk membaca yang tinggi; kami akan membaginya dengan siapa pun yang memiliki jaringan untuk menyebarkannya. Peluang keterbacaan tinggi berarti kepekaan tinggi — siapa pun yang masuk jaringan. Dai situ kemudian dapat meningkatkan kutipan. Karena Q1, Q2 Q3 adalah rumus sitasi dibandingkan dengan jumlah artikel (dokumen). Hasil 0,161 merupakan hasil jumlah sitasi dengan jumlah artikel. Semua artikel yang telah dikutip dan diterbitkan. Saya mencoba mencari tahu bagaimana Scopus dapat mengindeks artikel 2011. Dan itu diterima.

Yang terpenting adalah menjaga stamina dalam mengelola jurnal, konsistensi, cita-cita penulis harus internasional, dan setiap terbit ada dua penulis dari luar negeri (Internasional). Dari total artikel yang diterbitkan, hanya enam artikel per edisi. Saya yakin semua PTKIN bisa melakukannya, tergantung istiqomah dan kemauan menerbitkan artikel. Jurnal berusaha untuk memiliki penulis internasional, meskipun hanya ada satu penulis internasional di setiap publikasi.

Bagaimana kisah Prof. Zakiyudin Baidhawy bisa menjuarai jurnal terindeks Scopus Q1 lainnya di Indonesia?

Peluang kita sama, baik PTKIN maupun Non PTKIN. Setiap universitas, baik negeri maupun swasta, memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi besar; masalahnya adalah apakah atau tidak untuk mengambil kesempatan itu. Indeks Scopus 5 PTKIN, PTKIN fokus pada sosial humaniora dan tidak dimiliki oleh Ristekdikti, Ristekdikti hanya jurnal wacana yang bersifat sosial humaniora. Kemudian terakhir IAIN Kudus terindeks Scopus. Artinya dalam bidang sosial humaniora, PTKIN telah menjadi kiblat di Indonesia. Mereka yang masuk dalam kategori sosial humaniora lebih unggul dari PTU. Oleh karena itu harus dibaca sebagai peluang. PTKIN berpeluang masuk ke bidang sosial dan humaniora. Studi kami memiliki sub-kategori Studi Agama yang sangat kurang. Jadi, peluang kita untuk terindeks Scopus cukup besar; nanti masuk humaniora seni di bawah payung kajian agama dan sub kategori kajian agama. Ketika kita submit jurnal kita di kajian agama, kemungkinannya cukup besar. Itu bagian dari strategi (penyerahan), jangan sampai salah kamar.

Apakah jurnal Anda mendapatkan penghargaan setelah status Q1?

Hehe (senyum) Dapat apresiasi dari Kemenag dan selamat dari mana-mana. Namun Menristekdikti yang akan memberikan penghargaan tersebut. Dan Kemenag juga akan memberikan penghargaan.

Dengan mendapatkan Q1, apa yang dilakukan jurnal IJIMS selanjutnya? Apalagi sebagai Rektor IAIN Salatiga Prof Zakiyudin sendiri?

Sebarkan "virus positif" atau vibes ke jurnal-jurnal lain di lingkungan kita dan berbagai lingkungan di semua kementerian, semua perguruan tinggi. Saya masih menjadi editor IJIMS; Saya adalah redaktur IJIMS kedua yang menjadi Rektor IAIN Salatiga.

Apakah ada pengaruh kebijakan kepemimpinan terhadap pengelola IJIMS?

Kami berharap terus meningkat, menciptakan peluang yang lebih baik, dan mendukung secara moral, infrastruktur, dan peningkatan diri dari SINTA 2 ke SINTA 1. Target kami adalah memiliki dua Scopus lagi di IAIN Salatiga.

Apa saran Prof. Zakiyudin agar dosen bisa menulis di jurnal internasional terindeks Scopus Q1?

Anda harus rajin berlatih; kalau tidak berlatih, tidak mudah karena menulis di jurnal internasional, apalagi yang terakreditasi, tidak bisa instan; Anda harus terbiasa ditolak. Kami rata-rata 30 artikel setiap bulan, dan dalam 6 bulan, hanya enam artikel yang diterbitkan. Kami satu bulan hanya mengambil satu artikel. Dari 30 kami mengambil satu artikel setiap bulan.

Apa saja saran bagi pengelola jurnal untuk mengikuti jejak IJIMS?

Mengelola jurnal tidak dibutuhkan banyak orang, hanya dua maksimal empat orang, tetapi harus dibangun sebagai tim yang berkesinambungan. Kita (IAIN Salatiga) hanya empat orang “core of core”, jadi kita harus konsisten dan terjaga.

  (Basuki/Pusat Media)

Zakiyuddin Baidhawy: Tips IJIMS IAIN Salatiga Menjadi Jurnal Terindeks Scopus Q1 di SJR - IBTimes.ID

Source: http://fsyariah.iain-jember.ac.id/berita/

The Future of VR-Based Video Games in Indonesia





The Future of VR-Based Video Games in Indonesia

CJAD V7N1 2023/Latest Articles


VR devices are now part of the world’s gaming industry. VR is here to make the gaming experience more immersive. The potential for these VR devices to play video games is huge, but it is very rarely found and used by gamers in Indonesia. VR devices are more often used found in campus computer laboratories for experimentation, or as a learning process, and the gamers in Indonesia also don’t see VR devices as a new medium to get new experiences in playing games. This paper raises several issues regarding the future of VR in Indonesia.

Sigied Himawan Yudhanto1, Faizal Risdianto2

1Departement of Visual Communication Design Associate’s degree Programme, Vocational School Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia. ORCID: 0000-0002-2827-0067. Email: sigiedhy@staff.uns.ac.id

2English Education Department, UIN Salatiga, Email: faizalrisdianto@uinsalatiga.ac.id

Volume 7, Number 1, 2023 I Full-Text PDF

DOI: https://doi.org/10.21659/cjad.71.v7n102

Abstract

VR devices are now part of the world’s gaming industry. VR is here to make the gaming experience more immersive. The potential for these VR devices to play video games is huge, but it is very rarely found and used by gamers in Indonesia. VR devices are more often used found in campus computer laboratories for experimentation, or as a learning process, and the gamers in Indonesia also don’t see VR devices as a new medium to get new experiences in playing games. This paper raises several issues regarding the future of VR in Indonesia.

Keywords: Gamers, Indonesia, Video games, VR

social esteem vs social sanction in SFL-Appraisal

In the SFL appraisal framework, social esteem and social sanction are two dimensions used to analyze the judgments or evaluative language employed in texts.

Social Esteem: Social esteem refers to the evaluation or judgment that reflects positive social values, attitudes, or beliefs. It involves expressing approval, admiration, or praise for someone or something. Social esteem judgments highlight qualities, behaviors, or achievements that are valued or respected within a particular social context. For example, a statement like "The community praised her for her philanthropic efforts" conveys social esteem by acknowledging the positive recognition and admiration received for the individual's charitable actions.

Social Sanction: Social sanction, on the other hand, refers to the evaluation or judgment that reflects negative social values, attitudes, or beliefs. It involves expressing disapproval, criticism, or condemnation for someone or something. Social sanction judgments highlight behaviors, actions, or qualities that are deemed inappropriate, unacceptable, or going against social norms. For instance, a statement like "He faced public backlash for his offensive comments" indicates social sanction by highlighting the negative reaction and criticism faced by the individual due to their offensive remarks.

In summary, social esteem involves positive evaluations that align with valued social beliefs or attitudes, while social sanction involves negative evaluations that reflect disapproval or condemnation based on social norms or values. These dimensions allow for the analysis of the evaluative language in texts, capturing both positive and negative judgments related to social perspectives and values.




what is the difference between MONOGLOSS and HETEROGLOSS in appraisal systemic functional linguistics?


In systemic functional linguistics (SFL), monogloss and heterogloss are terms used to describe different types of appraisal resources or evaluative language.

  1. Monogloss: Monogloss refers to the use of a single evaluative resource or a consistent evaluative stance throughout a text. It represents a unified and consistent perspective or attitude expressed by the speaker or writer. In monogloss, there is a coherent and focused evaluation that aligns with a particular position or viewpoint. It creates a sense of stability and uniformity in the evaluative language used. An example of monogloss would be a text that consistently expresses a positive evaluation of a product, such as a review that praises its features and benefits.

  2. Heterogloss: Heterogloss, on the other hand, refers to the presence of multiple evaluative resources or conflicting evaluative stances within a text. It reflects a diversity of perspectives, attitudes, or evaluations expressed by the speaker or writer. Heterogloss allows for different voices, opinions, or evaluations to coexist within a discourse. It often occurs in texts that involve contrasting viewpoints, debates, or conflicting evaluations. For instance, in an argumentative essay discussing the pros and cons of a particular topic, there may be heterogloss as different evaluations are presented and debated.

In summary, monogloss represents a single evaluative resource or a consistent evaluative stance, while heterogloss involves the presence of multiple evaluative resources or conflicting evaluative stances within a text. These concepts help to analyze and understand the complexity and diversity of evaluative language used in communication.

Here are examples of news texts illustrating monogloss and heterogloss in appraisal from the perspective of systemic functional linguistics (SFL):

  1. Monogloss: Headline: "New Study Shows Significant Decrease in Unemployment Rates" Text: The recently published study reveals a substantial decline in unemployment rates across the country. The findings indicate that the government's economic policies have been effective in generating job opportunities and stimulating economic growth. Experts are optimistic about the future prospects of the job market, considering this positive trend.

In this example, the news text consistently employs a positive evaluation of the study's findings and the government's economic policies. The monogloss reflects a unified and consistent evaluative stance throughout the text, emphasizing the positive impact on unemployment rates.

  1. Heterogloss: Headline: "Controversial Immigration Bill Sparks Heated Debate in Parliament" Text: The proposed immigration bill has triggered a contentious and polarizing discussion among lawmakers. Proponents argue that stricter immigration regulations are necessary to protect national security and preserve job opportunities for citizens. However, critics claim that the bill is discriminatory and undermines humanitarian values. The debate continues as both sides present contrasting evaluations and passionately defend their positions.

In this example, the news text exhibits heterogloss as it presents divergent evaluations and conflicting viewpoints regarding the immigration bill. The language used reflects a range of evaluations expressed by different stakeholders involved in the debate, highlighting the diversity of opinions and perspectives.

These examples illustrate how monogloss and heterogloss can be observed in news texts, with monogloss reflecting a consistent evaluative stance and heterogloss representing the presence of multiple evaluative resources and conflicting evaluations.

what is the difference between focus and force in appraisal systemic functional linguistics?

 


In systemic functional linguistics, focus and force are two important concepts related to appraisal, which refers to the evaluation and attitude expressed in language.

  1. Focus: Focus in appraisal refers to the evaluative content or the target of the evaluation in a statement. It involves highlighting or directing attention to specific elements or aspects within the text. Focus can be positive, negative, or neutral, and it helps convey the attitude or judgment of the speaker or writer. For example, in the statement "She is an exceptional singer," the focus is on the quality of being exceptional, indicating a positive evaluation.

  2. Force: Force, on the other hand, refers to the strength or intensity of the evaluation or attitude expressed. It reflects the degree of certainty, commitment, or conviction of the speaker or writer towards their evaluation. Force can be realized through linguistic features such as modal verbs, adverbs, or intensifiers. For instance, the statement "He is definitely guilty" expresses a strong force with the inclusion of the adverb "definitely," indicating a high level of conviction in the negative evaluation of guilt.

In summary, focus determines the target or content of evaluation in appraisal, while force indicates the strength or intensity of the evaluation expressed. Both focus and force contribute to the overall evaluative meaning conveyed in a statement or text.

pics penyemangat menyelesaikan studi S1, S2 & S3

 








Appraisal-SFL Again

 


Appraisal theory is a key aspect of Systemic Functional Linguistics (SFL) that focuses on how language is used to express attitudes, emotions, and evaluations. Appraisal theory is concerned with the ways in which speakers and writers evaluate things, people, and events, and how they use language to do so.

At its core, appraisal theory is based on the idea that language is not only used to convey information, but also to express attitudes and evaluations. According to SFL, the language we use to express our attitudes and evaluations is organized into three main systems: the attitudinal system, the affective system, and the judgemental system.

The attitudinal system is concerned with our attitudes towards people, things, and events. It includes resources such as adjectives, adverbs, and verbs that are used to express our feelings and opinions. For example, saying that something is "amazing" or "terrible" is an expression of our attitude towards it.

The affective system is concerned with our emotions and feelings. It includes resources such as interjections and exclamations that are used to express our emotional responses. For example, "Wow!" or "Oh no!" are expressions of our emotional reactions.

The judgemental system is concerned with the evaluation of people, things, and events. It includes resources such as modal verbs, evaluative adjectives, and adverbs that are used to express our judgments about things. For example, saying that something is "good" or "bad" is a judgement about its quality.

By analyzing the language used in texts, SFL scholars can identify how speakers or writers evaluate things, people, and events. This can provide insights into the social and cultural values that underpin a particular discourse or text, and the ways in which language is used to express power, authority, and ideology.


 Let's take a sentence from a news article as an example:

"The new policy has been widely criticized by environmental groups."

Applying appraisal theory to this sentence, we can identify the following:

- Attitude: "widely criticized" expresses a negative attitude towards the new policy.

- Judgment: "widely criticized" is a judgment about the quality of the new policy.

- Graduation: "widely" implies that the criticism is not just a few isolated voices, but rather a significant and widespread response.

In this way, we can see that the language used in this sentence expresses a negative evaluation of the new policy and implies that the criticism is significant and widespread. This can provide insights into the stance of the author or the news outlet towards the policy, as well as the stance of the environmental groups who are criticizing it.

By analyzing the language used in this way, we can gain a deeper understanding of the attitudes and values that are being expressed in the text, and the ways in which language is being used to persuade or influence the reader.

explainpaper.com and one stop AI at poe.com

 


https://www.explainpaper.com/  aplikasi untuk upload pdf dan dijelaskan intinya oleh AI.

and a collection of AI in one-stop website Sage - Poehttps://poe.com/

What is google bard?

 What is google bard?


Bard (google.com)

PERPLEXITY


Google Bard is an experimental, conversational AI chat service developed by Google. It is powered by Google's Language Model for Dialogue Applications (LaMDA), unveiled two years ago. Bard is designed to function similarly to ChatGPT, with the most significant difference being that Google's service will pull all its information from the web. Bard combines the breadth of the world's knowledge with the power, intelligence, and creativity of Google's large language models. It draws on information from the web to provide fresh, high-quality responses. Bard is currently being tested with a small group of "trusted testers," Internal and external testing feedback will be taken into account to ensure that the service is ready to be released to the public and adheres to Google's AI responsibility standards. Bard is expected to be available to everyone in the weeks following the announcement made on February 6, 2023

Ciri-Ciri Manusia yang Sukses Dunia dan Akherat

 


Ciri-Ciri Manusia yang Sukses Dunia dan Akherat

Dalam kehidupan manusia terdapat dua relasi yang penting dipahami: Pertama, relasi horisontal atau relasi kepada sesama manusia dan kedua, relasi vertikal atau relasi kepada Allah SWT.

Berikut ini penjelasan empat jenis manusia berdasarkan dua relasi dalam kehidupan manusia

1. Relasi kepada sesama manusia baik dan relasi kepada Allah SWT baik. Ini orang yang sangat beruntung dan sukses dunia dan akherat.

2. Relasi kepada sesama manusia rusak/tidak baik tapi relasi kepada Allah SWT baik. Ini orang yang muflis atau bangkrut, merugi.

3. Relasi kepada sesama manusia baik tapi relasi kepada Allah SWT rusak atau baik. Ini orang yang merugi karena amalnya batal atau bubar di akherat seperti debu berterbangan.

4. Relasi kepada sesama manusia rusak/tidak baik dan relasi kepada Allah SWT rusak atau baik. Ini orang yang paling merugi dunia dan akherat.

1. Relasi kepada sesama manusia baik dan relasi kepada Allah SWT baik. 

Q.S 22 Al Hajj 77

 77. Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung.

Berbuat baik sesama manusia, tidak berbuat aniaya, tidak mengganggu dan merugikan. Tidak membohongi dan memfitnah orang lain dan selalu menjaga hubungan kepada Allah SWT. Akidah yang lurus dan kostan. Iman yang terjaga kepada Allah dan hari akhir. Menjaga ibadah yang wajib maupun yang sunnah. Selalu berdakwah, berkorban dan berjuang untuk agama disertai dengan do’a yang sungguh-sungguh merupakan kriteria orang beriman yang ideal. ni orang yang sangat beruntung dan sukses dunia dan akherat.

2.  Relasi kepada sesama manusia rusak/tidak baik tapi relasi kepada Allah SWT baik. 

Sabda Nabi Muhammad S.A.W   “Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicamppakkannya orang itu  ke dalam neraka. (HR. Muslim, No: 2581).

Dari Abu Hurairah Rasulullah bersabda: “Tahukah Kalian, siapakah muflis (orang yang bangkrut) itu?” Para sahabat menjawab: “Di kalangan kami, muflis itu adalah seorang yang tidak mempunyai dirham dan harta benda”. 

Nabi bersabda: ‘Muflis di antara umatku itu ialah seseorang yang kelak di Hari Kiamat datang lengkap dengan membawa pahala ibadah shalatnya, ibadah puasanya dan ibadah zakatnya.  

Di samping itu dia juga membawa dosa berupa makian pada orang ini, menuduh yang ini, menumpahkan darah yang ini serta menyiksa yang ini. Lalu diberikanlah pada yang ini sebagian pahala kebaikannya, juga pada yang lain. Sewaktu kebaikannya sudah habis padahal dosa belum terselesaikan, maka diambillah dosa-dosa mereka itu semua dan ditimpakan kepada dirinya. Kemudian dia dihempaskan ke dalam neraka. (HR Muslim, Ahmad, dan lain-lain).

Muflis dari akar kata aflasa yuflisu yang didefinisikan dengan khasira tijaaratahu yakni rugi perniagaannya atau bisnisnya. Maka muflis yang berbentuk isim fa’il bermakna orang yang rugi bisnisnya atau bangkrut.  

Tetapi dalam definisi hadits di atas, sebagaimana jawaban para shahabat, yaitu man laa dirhama lahu wala mataa’a atau orang yang tidak memiliki dirham (mata uang) dan harta benda lainnya. Maka Rasulullah memberikan penjelasan tentang hakikat muflis itu bagi kehidupan umat manusia ini.

Tidak ada seorang pun dalam hidup ini yang ingin bangkrut. Dalam setiap aktivitas yang dilakukannya pasti yang ada di benaknya adalah keuntungan dan keuntungan. Bahkan ada pula yang berprinsip dengan modal seminim-minimnya tapi dapat untung yang sebesar-besarnya.  Ada pula yang cukup ingin untung kecil-kecilan tapi berlangsung secara terus-menerus atau lumintu (bahasa Jawa). Maka dapat dipastikan bahwa semuanya ingin mendapatkan keuntungan dari apa yang dilakukannya.

3. Relasi kepada sesama manusia baik tapi relasi kepada Allah SWT rusak atau baik. 

Q.S 22 Al Hajj ayat 30-31

 30. “Dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.”

31. (Beribadahlah) dengan ikhlas kepada Allah, tanpa mempersekutukan-Nya. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh.

Q.S 25 Al Furqan 21-23

 Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, “Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman).

(Ingatlah) pada hari (ketika) mereka melihat para malaikat, pada hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata, “Hijran mahjura.”

Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.

Ini orang yang merugi karena amalnya batal atau bubar di akherat seperti debu berterbangan.

Intinya, sebaik apapun orang pada sesama misalnya tidak pernah membohongi, menipu, suka sedekah dan membantu sesama jika tidak sholat, tidak mau puasa ramadhan, rusak akidah atau syirik kepada Allah, amalnya sia-sia seperti debu yang berterbangan. Dan dia akan mengatakan “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku jadi tanah.” (Q.S annaba ayat 40).

4.  Relasi kepada sesama manusia dan kepada Allah sama-sama rusak/tidak baik 

 QS. Al-Kahfi [18]:103-106

 Katakanlah: `Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang - orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat. Demikianlah, balasan mereka itu neraka Jahanam, karena kekafiran mereka, dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai bahan olok-olok.

Dari 4 jenis manusia yang disebutkan di atas kelompok inilah orang yang paling merugi dunia dan akherat. Sudah nggak baik hubungan dengan manusia dengan Allah juga tidak benar akidah dan amalannya. Rugi dunia dan rugi akheratnya.

Semoga Allah beri kesempatan dan kemudahan bagi kita untuk bisa menggunakan masa dalam kehidupan sementara di dunia ini dengan meningkatkan iman dan amal soleh, baik relasi kepada Allah dan manusia sehingga beruntung dan sukses dunia dan akherat. Aamiin.



Cara Mendapatkan Free English Books and Magazines

  Dear all netters of this lovely site



Berikut ini adalah beberapa alamat E-mail dan alamat surat yang jika kita mengajukan proposal untuk mendapatkan kiriman Buku, majalah dan buletin gratis berbahasa Inggris. 

1. Jika ingin mendapatkan buku ,majalah dan peta tentang keadaan negeri asing. ada baiknya anda mencatat atau mendownload : daftar-alamat-kedutaan-besar-negara-asing-di-indonesia
Tulislah dalam suratmu bahwa ‘I really want to know about your country…”. yang pernah saya coba adalah kedutaan Amerika, Arab Saudi dan Swiss. yang paling cepat merespon dan ngga pelit adalah kedutaan Amerika.

 2. www.kangguru.org/englishmagazine. anda bisa mendapatkan kiriman buletin gratis tiap 3 bulan dari radio australia ini. walopun ga pernah dengar siarannya pun kayaknya ga pa pa ^_^. 
kirimkan e-mail ke : tningrat@ialf.edu

 3. buku-buku islam dari : www.hakikatkitabevi.com Mau dapet kiriman buku Islam gratis beraliran ahli sunnah wal jamaah dari Turki? kirim E-mail pake bahasa Inggris tentunya ke: 
Hakikat Kitabevi E-Mail: bilgi@hakikatkitabevi.com ato kirim pake pos biasa ke Hakikat Kitabevi Darussefeka Caddesi No: 57 P.K.: 35 34262 Tel: 90.212.523 45 56 – 532 58 43 – 524 36 21 Fax: 90.212.525 59 79 
Fatih / Istanbul / TURKEY 

saya sudah mencoba pake E-mail dikirimi 10 buku gratis dari sana tentang akidah, fikih dan ahlu sunnah books.. coba aja…

New eBooks

RISDIANTO,S.S,M.HUM, FAIZAL (2023) Introduction to the World of Translation. UNSPECIFIED.

RISDIANTO,S.S,M.HUM, FAIZAL (2023) Register Islamic English. UNSPECIFIED.

RISDIANTO,S.S,M.HUM, FAIZAL (2023) UNDERSTANDING PRAGMATICS. UNSPECIFIED.

Format PDF yang bisa diunduh tersedia disini: PAKFAIZALNEWeBOOKS - Google Drive