A.R.G.I: APPRAISAL, REGISTER, GENRE & IDEOLOGY
Photo Gallery of Umroh Trip 2023
Zam-Zam water the cure of all illness
Program Taspen untuk ASN/PNS BUKAN HANYA soal pensiun saja: Masih banyak manfaat lain yang dapat diperoleh
Program Taspen untuk ASN/PNS BUKAN HANYA soal pensiun saja: Masih banyak manfaat lain yang dapat diperoleh
Hak atau manfaat lain yang diperoleh peserta Program Taspen saat masih aktif (belum memasuki masa pensiun) meliputi Asuransi Kematian Diri Sendiri, Asuransi Kematian Anak, Asuransi Kematian Suami/Istri, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Jateng DIY, Padmoyo Tri Wikanto, secara khusus meminta agar program Taspen disosialisasikan secara masif terutama di lingkungan satkernya. Terlebih masih banyak pegawai yang menganggap Program Taspen hanya soal pensiun saja. Padahal, masih banyak manfaat lain yang dapat diperoleh. “Pentingnya mengantisipasi masa depan harus dipikirkan mulai saat ini. Melalui sosialisasi Program Taspen ini diharapkan transparansi hak dan kewajiban fasilitas Taspen dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin,” Ujar Tri dalam sambutannya.
Sementara itu Kepala KCU Semarang PT Taspen, Sri Handaryanto, menjelaskan bahwa manfaat Taspen tidak hanya untuk pensiun dan Tabungan Hari Tua (THT). Hak atau manfaat lain yang diperoleh peserta Program Taspen saat masih aktif (belum memasuki masa pensiun) meliputi Asuransi Kematian Diri Sendiri, Asuransi Kematian Anak, Asuransi Kematian Suami/Istri, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM). Adapun manfaat ketika memasuki masa pensiun meliputi, Uang Pensiun per bulan hingga umur 100 tahun, THT, Uang Duka Wafat, Asuransi Kematian Diri dan Keluarga, Uang Pensiun bagi keluarga yang ditinggalkan, dsb. Namun Sri Handaryanto juga menjelaskan kewajiban dari ASN. “Bagi ASN/PNS, iuran Program Taspen diambil 10% dari gaji pokok tiap bulannya, dengan proporsi 2% BPJS Kesehatan, 3,25% THT dan 4,75% Uang Pensiun, meskipun terhitung kecil, namun besar manfaatnya untuk masa pensiun nanti”, jelasnya.
Dengan tersosialisasikannya program Taspen, diharapkan seluruh pegawai di lingkungan wilayah Bea Cukai Jateng DIY semakin mengerti hak dan kewajibannya. Informasi lebih detil tentang program Taspen juga dapat dilihat melalui website resmi PT Taspen.
Types of interjection
Interjections are words or phrases used to express strong emotions, sudden exclamations, or brief remarks. They are often used independently and don't have a grammatical connection with the rest of the sentence. Here are some common types of interjections:
Joy or Approval:
Yay!
Hooray!
Bravo!
Wow!
Surprise or Shock:
Oh!
Ah!
Aha!
Whoa!
Pain or Displeasure:
Ouch!
Ugh!
Oh no!
Yikes!
Greeting or Farewell:
Hello!
Hi!
Hey!
Goodbye!
Attention or Agreement:
Psst!
Shh!
Yeah!
Okay!
Pleasure or Affirmation:
Aww!
Mmm!
Yes!
Alright!
Hesitation or Uncertainty:
Um!
Uh!
Well...
Er...
Disgust or Disapproval:
Ugh!
Bleh!
Ew!
Yuck!
Pleasant Surprise:
Oh my!
Well, well!
Look!
Lo and behold!
Exclamation of Agreement or Understanding:
Aha!
Aww!
Oh, I see!
Got it!
These examples demonstrate the various emotions and situations that interjections can convey. Keep in mind that interjections are versatile and can sometimes be a bit challenging to categorize neatly, as their usage often depends on the context and the speaker's intent.
TAFSIR ALTERNATIF, JIN itu buka wujud selain manusia tapi sifat manusia
QS 6. Al an'am 130:
Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan pada hari ini? Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang kafir.
Perhatikan bagian awal ayat ini “Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri”
Pertanyaan mendasar; Apakah ada Dallil yang menyebutkan Rasul dari jenis atau golongan Jin?
Sedangkan dallilnya :
1. Allah itu Maliki nnas. Allah itu Tuhannya manusia.
2. Al Qur'an hudalinnas
3. Semua rosul yang diutus ke bumi adalah manusia diutus untuk manusia.
4. QS Saba ayat 28: Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
QS Saba ayat 28 menyebutkan Rasulullah SAW diutus kepada seluruh manusia. Kenapa bukan Manusia dan Jin?
Kemudian di QS 72 Al jin ayat 1-4: tentang Sekumpulan jin mendengar pembacaan Al-Qur'an yg menakjubkan. Siapakah Jin yang disebutkan dalam ayat ini?
1. Katakanlah (Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (bacaan),” lalu mereka berkata, “Kami telah mendengarkan bacaan yang menakjubkan (Al-Qur'an),
2. (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhan kami,
3. dan sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak.”
4. Dan sesungguhnya orang yang bodoh di antara kami dahulu selalu mengucapkan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah,
Siapakah Jin yang disebutkan dalam ayat ini?
Sekumpulan jin di surat jin adalah sekumpulan pendeta Nasrani yg awalnya berpegang dengan trinitas. Mereka Mengira Allah punya anak dan diperanakkan. Dalam ayat ke-3 ternyata mereka baru tahu bahwa “dan sesungguhnya Mahatinggi keagungan Tuhan kami, Dia tidak beristri dan tidak beranak.”.
Pertanyaan yang punya istri dan anak itu manusia dan jin atau manusia saja? Jika jin beranak pinak seperti manusia mana dallilnya?
Kembali ke keterangan di atas.
Karena:
1. Allah itu Maliki nnas. Allah itu Tuhannya manusia.
2. Al Qur'an hudalinnas
3. Semua rosul yang diutus ke bumi adalah manusia diutus untuk manusia.
4. QS Saba ayat 28: QS Saba ayat 28 menyebutkan Rasulullah SAW diutus kepada seluruh manusia
Maka dapat disimpulkan bahwa Jin itu adalah manusia. Manusia itu punya setidaknya 2 sifat. 1) sifat insan/insu dan sifat jin.
Manusia sebagai Insan itu suka lupa, berbuat salah. Insan itu orang umum mudah ditemui sedangkan Jin itu introvert, tersembunyi, gelap.
Di QS. 6, Surat Al an’am ayat 76 diceritakan tentang JIN IFRIT. Siapakah JIN IFRIT. Jin ifrit itu manusia pejabat di kerajaan Nabi Sulaiman AS
QS Anaml 38-39 disebutkan:
Ayat 38: Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".
Ayat 39:
Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".
Cerita tentang JIN IFRIT. Apakah JIN IFRIT itu makhluq besar, perkasa, berbulu, bertanduk, bermata merah dan invisible/tidak kasat mata? JIN IFRIT itu manusia. Dia adalah MALA’U atau Pembesar, orang khusus di sisi Nabi Sulaiman A.S. Mala'u itu Panglima, Jenderal, pembesar, pejabat itu semuanya termasuk golongan JIN yang invisible, Untouchable. Jin = pejabat = sulit ditemui, manusia di belakang layar.
QS. Al An’am 76
Ketika malam telah menjadi gelap, dia (Ibrahim) melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata, “Inilah Tuhanku.” Maka ketika bintang itu terbenam dia berkata, “Aku tidak suka kepada yang terbenam.”
Dalam ayat ini FALAMMA JANNA ALAIHI LLAIL. Kata JANNA atau JINN itu artinya gelap dan dallil ini menguatkan pendapat bahwa JINN bukan bentuk atau wujud selain manusia tapi sifat manusia yg introvert, tersembunyi, gelap, sulit dijangkau. Jika dikaitkan dengan QS Anaml 38-39 Jin adalah manusia yg gelap, pejabat yg tak tersentuh atau diketahui masyarakat umum tapi mengendalikan sistem
QS Arrohman ayat 15:
dan Dia menciptakan jin dari nyala api tanpa asap.
Dalam ayat ini disebutkan JINN jin diciptakan punya sifat mendekati api. Api itu KEMRONGGO atau menyala-nyala. Jika mengikut tafsir bahwa JIN adalah manusia pejabat bisa dikatakan bahwa Sifat pejabat jika dikritik tidak mau dan malah jadi marah karena dikritik.
CATATAN PENTING:
Satu Pendapat yg salah : iblis itu dulunya Malaikat. BANTAHAN: Iblis itu ya iblis vs Malaikat ya malaikat. IBLIS atau syaithon itu dibuat dari api/NAAR sedangkan Malaikat dicipta dari Nuur atau Cahaya.
SERBA-SERBI IN TEXT CITATION, BIBLIOGRAPHY & GAYA/MODEL SITASI
SERBA-SERBI IN TEXT CITATION, BIBLIOGRAPHY & GAYA/MODEL SITASI
KHUSUS BIMBINGAN SKRIPSI PAK FAIZAL
1. Untuk referensi metode penelitian jangan hanya satu referensi: *Ary et Al* tapi juga miles & huberman, Cresswell, Bilken & Bogdan, C.R. Kothari. Hindari referensi berbahasa Indonesia seperti *arikunto, Sugiyono, moeloeng* dst. Karena untuk English edu dept. referensi berbahasa Indonesia harus ditampilkan sumber asli in Indonesian dan English translationnya dan itu aneh untuk English dept kecuali jurusan Bahasa Indonesia.
2. Untuk referensi jaga konsistensi citation style.
Jika menggunakan situasi ala UIN Salatiga misal buku karya abu Sangkan Family name diletakkan depan dan family name di belakang dan tidak ada yg disingkat
Abu Sangkan jadi Sangkan, Abu dan tahun tidak dikurung.
Misal buku th 1996. Jadinya *Sangkan, abu. 1996* ini sitasi UIN Salatiga
Tapi saya sarankan yang lebih simple gunakan APA (American psychological association) 6/ 7 th edition.
Abu Sangkan 1996 jadinya. Sangkan, A. (1996)
Kalo buku yg dicetak miring judul buku tapi kalo majalah, koran , jurnal online yang dicetak miring bukan judulnya tapi nama majalah, koran dan jurnal online berikut volume, nomor dan halaman. Yg DOI nggak usah dibuat italic
3. Pastikan semua yg di body text muncul di list of references/ bibliografi bagian akhir
Misal menyebutkan: (Ary et al, 2002) di metode wajib muncul di bibliography
Secara manual cukup saya blok referensi di body text kemudian saya klik find dan copy paste. Jika muncul 1 document aja berarti hanya di body text dan lupa dicantumkan di list of references.
Jika menggunakan mendeley.com atau zotero.org nggak mungkin tercecer karena otomatis dibuatkan oleh reference manager tools
4. Coba bedakan cara men-sitasi atau mengutip di body text dengan yg di list of references/ bibliography. Misal namanya Paul Grice (1975)
Di body text bab 1-5 , Cukup ditulis Grice (1975)
Misal: There are four maxims: quality ,quantity, relation and manners( Grice, 1975).
Nah di list of references bagian akhir tulis
Grice, P. (1975)
Itu kalo APA
Kalo sitasi ala kampus kita ditulis lengkap tanpa tahun terbit dikurung kurung
Grice, Paul. 1975.
Jadi harus konsisten. Misal John Watson & Anne Hill tahun 2020
Mestinya kalo APA : Watson, H & Hill, A. (2020)
Kalo ala kampus kita ditulis lengkap namanya tanpa tahun dikurung
https://www.pakfaizal.com/2021/09/pedoman-penulisan-daftar-pustaka-di.html?m=1
5. Jangan menampilkan sitasi di Depan seperti ini
*1. From the (Yule, 1996)*, pragmatics belongs to...
2. According to ( *Yule, 1996* ), pragmatics belongs to...
Jadi pernyataan dulu baru sitasi karena skripsi itu bukan tulisan populer atau ala talkshow santai tapi genre ilmiah/academic. Jadi pernyataan dulu baru sitasi di belakang
Misal : Pragmatics belongs to the extralinguistics study ( *Yule, 1996*)
6. Cara mensitasi di body text di bab 1-5 jika ingin menyebut nama dan tahun
Chomsky (2019) states that ....
Jadi jangan ditulis: *According to* ( *Chomsky,2019* ) states that...
Hilangkan *according to* dengan langsung sebut nama dan tahun dikurung
Yule (1996) argued that...
Terkourafi (2022) stated that...
cukup family name di body text: The idea that pragmatics is BLA BLA... (Gay, 2000).
Jangan
The idea of BLA BLA.. (L.R, Gay,2000)
7. Dalam penulisan skripsi, jurnal dsn academic writing perlu dipahami cara mensitasi/ mengutip dan gaya sitasi/ Citation style
Yg terkenal di dunia dan ada di aplikasi mendeley.com dan zotero.org adalah APA, MLA, IEEE, Chicago, Harvard
Tapi yg terkenal di dunia ilmu sosial dan humaniora adalah APA ( American psychological association)
Berikut contoh pola APA
Contoh *Agir, U. (2022)*
*Risdianto, F.* *(2022)*
Ada pola sitasi lain Yang ditulis nama lengkap dan tahun tidak dikurung.itu style sitasi kampus kita
Misal
Suardani Silaban, Tiarma Marpaung (2017)
Ini pola sitasi bukan APA
Seharusnya dibalik family name di depan, given name di belakang
Silaban, Suardani, Marpaung, Tiarma. 2017
Jika di APA *Risdianto, F. (2022)*
Maka di gaya sitasi kampus kita jadinya
*Risdianto, Faizal. 2022*
Ini pola sitasi UIN kita
https://www.pakfaizal.com/2021/09/pedoman-penulisan-daftar-pustaka-di.html?m=1
Pesan saya: *Be consistent using citation style*
Jika APA pakelah pola APA semua.
Jangan dicampur campur pola sitasi satu dengan yg lain
8. *Catatan penting*
Bedakan cara membuat sitasi pada body text dan di list of references/bibliography/daftar pustaka
Misal nama author
George Yule (1996)
Di body text misal di background atau literary Review jangan ditulis
*Yule,G* (1996)
atau
*Yule, George*
Apalagi disebut judul bukunya
*George Yule in his book pragmatics*
Tapi yang benar cukup *Yule (1996)*
Kemudian baru di *references/daftar pustaka*
Silakan ditulis lengkap urut alfabetis A-Z
Yule, G (1996) Pragmatics. Oxford press
Kutipan di body text cukup: *Isnawati, Anam & Diana (2015)*
Tidak boleh *Isnawati,F.D, Anam,S & Diana, S. (2015)*
9. Coba disepakati dan lihat panduan dari TBI/ Mr. Hanung
Terjemahan UIN Salatiga itu apa yang tepat: Setahu saya *State Islamic University* *(UIN) Salatiga*
Kalo dari rektorat nama kampus sebenarnya nggak boleh diterjemahkan mesti full text in English. Misal desa *Kumpul Rejo* masak mau diterjemahkan *Meeting Rejo*
Nama timun mas jadi *golden cucumber*. Budi Kurnia jadi *Budi Gift*. Mpun sendok jadi *Mpu spoon* ini salah terjemahan.
Pengalaman indah Umroh Mandiri 2023
Biodata of Faizal Risdianto
Biodata of Faizal Risdianto
Assoc. Prof. Faizal Risdianto is faculty member at the English Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Islam Negeri Salatiga, Indonesia. He is pursuing a Ph.D at Universitas Negeri Surakarta, Indonesia. His research interests include Functional Linguistics, Literature Study, Pragmatics, Discourse Analysis and English Language Teaching.
E-mail: faizalrisdianto@uinsalatiga.ac.id
https://www.scopus.com/authid/detail.uri?authorId=57213518975
(Scopus Author ID: 57213518975), Orcid ID: 0000-0002-0422-9166, WoS ID: AAN-5614-2020, English Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Islam Negeri Salatiga,Salatiga. He is the Secretary General of INAPRA (Indonesian Pragmatics Association)
7 BEST WAYS TO IMPROVE YOUR ENGLISH
Discourse deixis
Discourse deixis refers to the use of expressions within an utterance to refer to parts of the discourse that contain the utterance, including the utterance itself. Discourse deixis is a way of "pointing through language" and involves the encoding of reference to portions of the unfolding discourse in which the utterance is located. Discourse deixis is also known as text deixis. There are five types of deixis according to Levinson (1983): person deixis, place deixis, time deixis, social deixis, and discourse deixis.
Other categories of deixis include social deixis, which concerns the social information encoded within various expressions, such as relative social status and familiarity, and proximal and distal deixis, which refer to what is near and far from the speaker, respectively.
Examples of discourse deixis include expressions like "earlier," "later," "the preceding x," "the following s," "in the following paragraphs," and "in the events in time." Discourse deixis is different from other types of deixis because it does not relate to a specific item but to a stretch of discourse.
Discourse deixis is a type of deixis that describes deictic expressions which point to prior or succeeding parts of the discourse[3]. It is a commentary on the text or conversation by the speaker, and it helps to structure the discourse and to range the current utterance in a chronological order[3]. According to Levinson, discourse deixis is "the encoding of reference to portions of the unfolding discourse in which the utterance is located"[5].
Levinson's work on deixis includes the study of deictic or indexical expressions in language, such as personal pronouns (I, you, we), spatial deixis (this, that, here, there), and temporal deixis (now, today, yesterday) [5]. In addition to these categories, Levinson adds two other deictic categories: social deixis, which covers the encoding of social distinctions that are relative to participant-roles, particularly aspects of the social relationship holding between speaker and addressee(s) or speaker and some referents, and discourse deixis[5].
Levinson's work on discourse deixis is part of a larger theoretical framework that includes complex tenses or systems of discourse deixis[1]. Discourse deixis introduces subjective, attentional, intentional, and context-dependent properties into natural languages, and it is a much more pervasive feature of languages than normally recognized[2]. It is theoretically puzzling in many regards and makes difficult a tidy treatment within formal theories of semantics and pragmatics[2].
Overall, Levinson's work on discourse deixis is an important contribution to the study of deixis and its role in language. It highlights the importance of context and the speaker's perspective in understanding the meaning of utterances.
Citations:
[1] https://pure.mpg.de/rest/items/item_59489_3/component/file_2030329/content
[2] https://pure.mpg.de/rest/items/item_59489_2/component/file_59490/content
[3] http://www.ello.uos.de/field.php/EarlyModernEnglish/DiscourseDeixis
[4] https://www.jstor.org/stable/43020165
[5] https://publications.essex.ac.uk/esj/article/id/23/
[6] https://www.cambridge.org/core/books/corpus-pragmatics/deixis/81416C4ABE70C5EB379337662815A11F
According to Levinson (1983, 2004) Discourse Deixis refers to the use of expressions that signal a relationship between an utterance and the prior or subsequent discourse.
Discourse deixis includes temporal deictic terms (next, before, last week), spatial deictic terms (in the last paragraph), utterance initial expressions that indicate a relationship with the preceding discourse (but, however, in conclusion, well), and the use of demonstratives (this, that) to refer to the preceding or following discourse (Levinson 1983, 2004).
And by the way, we will do that.
The word "That" in the statement above refers to utterances, "And i will say this, Secretary Kelly will be the man to do it, and we will give him a wall, and it will be a great wall". The word "That" here states by Donald Trump to explain that he will give Secretary a wall as a separator between America and Mexico. Because the word "That" refers to the statement above, it could be categories as discourse deixis.
And this is for the security of the country.
The word "This" in the statement above refers to "He may by proclamation and for such period as he shall deem necessary --- so here it is, people coming in --- suspend the entry of all aliens Right? That's what it says. It's not like --- again, a bad high school student would understand this. Anybody would understand this.
Suspend the entry of all aliens or any class of aliens as immigrants or nonimmigrants, or impose on the entry of aliens. Okay, so you can suspend the aliens, right? You can suspend the aliens from coming in --- very strong --- or impose on the entry of aliens any restrictions he may deem to be appropriate.
Okay. So you can suspend, you can put restrictions, you can do whatever you want. And this is for the security of the country".
In this statement, the speaker states that he and his government and also the people from police association can suspend and put restrictions for security of the country.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Understanding Discourse Deixis", Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/fikri96/61eb836406310e2a277c2ae2/understanding-discourse-deixis
Kreator: Fikri Ramadhan
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com
An Analysis on Forms and Functions of Code-Switching and Code-Mixing used by Indonesian Netizens
An Analysis on Forms and Functions of Code-Switching and Code-Mixing used by Indonesian Netizens
Sofiatun, Dwi (2019) An Analysis on Forms and Functions of Code-Switching and Code-Mixing used by Indonesian Netizens. Other thesis, IAIN SALATIGA. http://e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6224/