Empat poin positif orang Korea terhadap Pevoli Muslimah Indonesia, Megawati Hangestri Pertiwi

 Megawati Hangestri Pertiwi, pemain voli Indonesia yang bermain di Liga Voli Korea Selatan bersama Red Sparks, mendapat tanggapan positif dari masyarakat Korea Selatan terkait identitasnya sebagai Muslimah. Berikut adalah beberapa aspek yang menjadi sorotan:


### **Penggunaan Hijab**

Megawati menjadi satu-satunya atlet berhijab di Liga Voli Korea Selatan, sebuah hal yang menarik perhatian publik. Meski berbeda dari kebiasaan mayoritas di sana, hijab yang dikenakan Megawati tidak menghalangi performanya di lapangan. Bahkan, ia berhasil meraih penghargaan Most Valuable Player (MVP), menunjukkan bahwa hijab bukanlah penghalang bagi prestasi olahraga. Publik Korea Selatan, termasuk rekan-rekan setimnya, menunjukkan sikap hormat terhadap keputusan Megawati untuk tetap mengenakan hijab selama bertanding[1][2][3].

### **Makanan Halal**

Klub Red Sparks memberikan perhatian khusus terhadap kebutuhan Megawati sebagai seorang Muslim. Mereka menyediakan tanda khusus pada makanan yang mengandung babi di prasmanan klub, sehingga Megawati dapat dengan mudah memilih makanan halal. Klub juga memastikan kenyamanan Megawati dengan menyediakan alternatif makanan seperti topokki dan bibimbap, yang sesuai dengan ajaran Islam. Dukungan ini mencerminkan penghormatan terhadap keberagaman budaya dan agama dalam lingkungan olahraga internasional[4].

### ** Kebiasaannya duduk saat minum selama pertandingan. **

Megawati Hangestri Pertiwi, pemain voli Indonesia yang berkarier di Liga Voli Korea Selatan bersama klub Red Sparks, menarik perhatian publik Korea Selatan dengan kebiasaannya duduk saat minum selama pertandingan. Kebiasaan ini sering terlihat ketika ia duduk di bangku cadangan atau berlutut saat time-out sambil mendengarkan instruksi pelatih Ko Hee Jin. Dalam wawancara dengan media Korea KBS, Megawati menjelaskan bahwa kebiasaannya tersebut adalah bagian dari mengikuti sunnah Rasulullah SAW, yang menganjurkan untuk minum sambil duduk karena dianggap lebih baik menurut ajaran Islam[2][4].

Sebagai atlet berhijab pertama di Liga Voli Korea, Megawati sering menjadi sorotan, baik karena prestasinya yang gemilang maupun nilai-nilai yang ia bawa. Ia juga menegaskan bahwa keyakinannya tidak menghalangi kariernya sebagai atlet profesional. Selama dua musim bersama Red Sparks, Megawati berhasil membawa klubnya meraih berbagai pencapaian, termasuk menjadi runner-up di musim terakhirnya[1][2].


Blog Dr. Faizal Risdianto: LIST SINTA 1-5 BIDANG LINGUISTICS, ELT, CULTURE & ...

Blog Dr. Faizal Risdianto: LIST SINTA 1-5 BIDANG LINGUISTICS, ELT, CULTURE & ...: LIST SINTA 2-5 BIDANG LINGUISTICS, ELT, CULTURE & TRANSLATION GRATIS BIAYA PUBLIKASI SINTA 1 GRATIS APC LLT Journal: A Journal on Langua...

Kenapa dosen Indonesia lebih banyak menulis artikel jurnal daripada menulis buku ber-ISBN?

Jumlah buku ber-ISBN yang diterbitkan oleh dosen di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan total jumlah dosen. Pada tahun 2021, tercatat hanya 1.674 judul buku ajar yang diterbitkan, meskipun angka ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan total sekitar 296.040 dosen di Indonesia, artinya hanya sekitar 0,56% dari mereka yang berhasil menerbitkan buku ajar. Angka ini menunjukkan bahwa budaya penulisan buku di kalangan dosen masih belum begitu kuat.

Sebaliknya, publikasi jurnal ilmiah oleh dosen Indonesia jauh lebih tinggi. Saat ini terdapat sekitar 7.748 jurnal ilmiah terakreditasi di Indonesia yang jika masing-masing menerbitkan dua edisi per tahun dengan sepuluh artikel per edisi, maka ada sekitar 154.960 artikel ilmiah yang dipublikasikan tiap tahunnya. Fakta ini menggambarkan bahwa dosen lebih aktif menulis artikel jurnal dibandingkan buku, meskipun keduanya sama-sama merupakan bentuk kontribusi akademik.

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan dosen lebih memilih menulis artikel jurnal dibandingkan buku. Salah satunya adalah tuntutan kinerja dan penilaian jabatan fungsional. Dalam sistem penilaian angka kredit dosen, publikasi jurnal memiliki bobot yang lebih jelas dan mudah diukur. Buku ajar memang memiliki nilai tersendiri, namun proses penilaiannya lebih kompleks dan harus didukung bukti pemanfaatan.