The inspiring idea of African UBUNTU

 #UBUNTU# 


An anthropologist shows a game to tribal children in Africa. He put a basket full of fruit near the tree. Furthermore, he instructed the children that the child who runs first reaches the tree has the right to get a fruit basket. Nevertheless, as soon as the Anthropologist gave the signal: 'Begin...!' He was surprised because the children walked hand in hand without scrambling to get ahead of each other. 

When anthropologists ask: 'Why did you do that? Even though you have the opportunity to get a basket of fruit alone. Moreover, they replied: 'Ubuntu!... how can one of us be happy while the other friend is sad.' 



Ubuntu in their civilization means: 'I am we.' The tribe understands the secret of happiness, which is precisely lost or 'eliminated' in modern society, which is very individualistic and egocentric. Nevertheless, they consider themselves as the most civilized society.

List of mega journals

Mega journal



A mega journal (also mega-journal and megajournal) is a peer-reviewed academic open access journal designed to be much larger than a traditional journal by exercising low selectivity among accepted articles. It was pioneered by PLOS ONE.[1][2] This "very lucrative publishing model"[2] was soon emulated by other publishers.


Definition

A mega journal has the following defining characteristics:broad coverage of different subject areas;[1][2][3][4][5]
accepting articles for publication based on whether they are technically sound rather than selecting for perceived importance;[1][2][3][4][5][6] and
using article processing charges to cover the costs of publishing.[1][3][5]

Other less universal characteristics are"an accelerated review and publication process",[2] "fast turnaround time";[6]
"academic editors",[6] even "a large editorial board of academic editors",[5] (instead of professional editors); and
value-added services such as reusable graphics and data through Creative Commons licenses.[7]

Mega journals are also online-only, with no printed version, and are fully open access, in contrast to hybrid open access journals.[7] Some "predatory" open access publishers use the mega journal model.[1]
Influence[edit]

It has been suggested that the academic journal landscape might become dominated by a few mega journals in the future, at least in terms of total number of articles published.[8] Megajournals are also disrupting[clarification needed] the market of article processing charges.[9] Their business model may not motivate reviewers, who donate their time to "influence their field, gain exposure to the most current cutting edge research or list their service to a prestigious journal on their CVs."[10] Finally, they may no longer serve as "fora for the exchange ... among colleagues in a particular field or sub-field", as traditionally happened in scholarly journals.[11] To counter that indiscrimination, PLOS ONE, the prototypical megajournal, has started to "package relevant articles into subject-specific collections."[12]

Korelasi Makanan Halal dan Amal Shalih



Dear All Netters

Di era yang serba bebas, cenderung hedonis-materialistis ini seakan pembicaraan mengenai pentingnya memilih makanan yang jelas halal dan amal soleh menjadi absurd. ya terasa absurd karena bukan idealisme melaksanakan dan menegakkan hukum Allah dan Sunnah Nabi whenever and wherever tetapi cenderung menyerah kepada keadaan.

Terutama tinggal di luar negeri di tempat dimana orang Islam adalah minoritas dan yang tersedia di hotel, di pesawat, di rumah makan tidak ada kejelasan apakah makanan tersebut terutama yang berdaging telah disembelih secara Islam atau tidak. jika perlu "membutakan diri" ; "kalo hidup di luar negeri jangan tanya-tanya ini dan itu/kejelasan "kehalalan", nanti ngga bisa makan apa-apa".

Ok, mari kita kaji lagi satu ayat di Q.S al-mu'minun 51:

Wahai sekalian UtusanKu. makanlah dari yang halal dan beramallah yang shalih. Sesungguhnya Aku sangat mengetahui apa jua pun yang kamu kerjakan (amalkan).

Ayat di atas adalah pelajaran penting bahwa Rasul dan tentunya orang beriman yang menjadi ummatnya diharuskan memakan makanan yang halal dan beramal shalih. lho apa hubungannya antara "makanan halal" dan " beramal shalih"? satu konkrit,nyata,yang satunya "abstract,invisible".

Untuk menjawab ini ada satu hadits yang rasanya sangat pas menjelaskan ayat tersebut.silakan membaca hadits ke-10 dalam hadits arbai'in oleh imam nawawi .yang ini ya:

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalihlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian. Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Yaa Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.

(Riwayat Muslim).

sangat miris rasanya membaca hadits di atas. bahwa seorang yang berbaju kumal dan berdebu ; dia memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh: Yaa robbku, Ya Robbku...tetapi makanan, minuman, pakaian haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, bagaimana akan dikabulkan do'anya? makanya jika tinggal di luar negeri perlu kontak sodara muslim setempat untuk mendapatkan daging yang jelas kehalalan-nya atau seperti di Inggris yang ada rumah penyembelihan meski milik non-muslim tapi semua pekerjanya muslim dan the butcher-nya jelas muslim. nah, kalo yang saya sebut di atas ngga ada ya sudah jadi "vegetarian kepepet" aja. makan roti, buah dan sayur. malah lebih sehat gaya dan pola hidupnya :D

salam dari