kelemahan penelitian pre eksperimental

 


Penelitian pre-eksperimental adalah jenis penelitian di mana peneliti tidak memilih kelompok kontrol atau kelompok perbandingan untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen. Beberapa kelemahan penelitian pre-eksperimental adalah:

  1. Kurangnya kelompok kontrol: Karena tidak adanya kelompok kontrol, penelitian pre-eksperimental memiliki kelemahan dalam mengukur pengaruh variabel bebas secara tepat. Oleh karena itu, hasil dari penelitian pre-eksperimental cenderung tidak dapat diandalkan secara statistik.

  2. Tidak ada acak kelompok: Dalam penelitian pre-eksperimental, kelompok subjek biasanya dipilih berdasarkan kemudahan dan ketersediaan mereka. Hal ini dapat menyebabkan subjek yang dipilih tidak mewakili populasi secara keseluruhan dan menghasilkan bias dalam penelitian.

  3. Tidak dapat mengukur perubahan: Karena penelitian pre-eksperimental hanya mengukur kelompok subjek pada satu titik waktu sebelum dan sesudah intervensi, penelitian ini tidak dapat mengukur perubahan dalam jangka waktu yang lebih lama.

  4. Tidak dapat membandingkan hasil: Tanpa kelompok kontrol atau kelompok perbandingan, penelitian pre-eksperimental tidak dapat membandingkan hasil intervensi dengan hasil yang mungkin terjadi jika tidak ada intervensi.

  5. Tidak mempertimbangkan faktor eksternal: Dalam penelitian pre-eksperimental, faktor eksternal seperti faktor lingkungan atau situasional yang dapat mempengaruhi hasil penelitian tidak dapat dikontrol atau diukur secara tepat. Hal ini dapat menyebabkan hasil penelitian yang tidak akurat atau tidak valid.

Namun, meskipun memiliki kelemahan, penelitian pre-eksperimental masih dapat memberikan informasi awal tentang efektivitas intervensi yang diteliti dan dapat memberikan dasar untuk penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang lebih kuat.


surat An-Nahl ayat 68-69: Perumpamaan seorang Mukmin itu seperti Lebah

 


Perumpamaan seorang mukmin sebagai lebah adalah sebuah perumpamaan yang sering diambil dari Al-Quran, dalam surat An-Nahl ayat 68-69:



"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu)." Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan."

Dalam perumpamaan ini, lebah diibaratkan sebagai seorang mukmin yang setia dalam melaksanakan tugas-tugasnya untuk mengumpulkan nektar dari bunga-bunga dan membuat madu. Lebah juga diibaratkan sebagai orang yang bertanggung jawab, selalu bekerja keras dan memanfaatkan segala sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan mereka.

Lebah juga diibaratkan sebagai orang yang berkontribusi pada kehidupan manusia dengan memproduksi madu yang mengandung berbagai macam nutrisi dan obat-obatan alami. Begitu juga seorang mukmin, harus berkontribusi pada masyarakat dengan memberikan manfaat dan menjadi teladan yang baik bagi orang lain.

Dengan perumpamaan ini, Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk selalu bekerja keras, bertanggung jawab, dan memberikan manfaat bagi orang lain.


Perumpamaan seorang mukmin sebagai lebah yang memakan yang baik, keluar darinya yang baik, dan tidak merusak lingkungan sekitarnya memang sangat tepat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lebah adalah makhluk yang selalu bekerja keras dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan mereka.

Dalam hal makanan, lebah hanya memilih nektar bunga yang berkualitas tinggi dan mengandung banyak nutrisi, sehingga madu yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik dan bermanfaat bagi manusia. Begitu juga dengan seorang mukmin, ia harus memilih makanan yang baik dan halal, serta memperhatikan kualitas makanannya agar tubuhnya sehat dan kuat untuk beribadah.

Selain itu, lebah juga sangat teliti dalam membuat sarang dan memproduksi madu, sehingga madu yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi juga tidak merusak lingkungan sekitarnya. Seorang mukmin juga harus menjadi orang yang teliti dan bertanggung jawab dalam melakukan segala sesuatu, sehingga tidak merusak atau merugikan orang lain.

Dalam Islam, dijelaskan bahwa seorang mukmin harus selalu berusaha untuk memperbaiki diri dan lingkungannya, serta memberikan manfaat bagi sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan perumpamaan ini, Allah SWT mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang yang baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar, seperti lebah yang bekerja keras dan menghasilkan manfaat yang banyak bagi manusia.

erumpamaan ini berasal dari analogi yang ditemukan dalam Al-Quran, surat An-Nahl ayat 68-69, yang telah dijelaskan sebelumnya.

Namun, terdapat hadits yang berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam perumpamaan tersebut. Sebagai contoh, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, dan tidaklah boleh ia menzalimi saudaranya, mengecewakannya, atau meninggalkannya dalam keadaan terdesak. Siapa yang membantu saudaranya dalam keadaan terdesak, maka Allah akan membantunya dalam keadaan terdesak. Siapa yang meringankan beban orang yang ditimpanya, maka Allah akan meringankan beban baginya pada hari kiamat. Siapa yang menutupi kekurangan seorang muslim, maka Allah akan menutupi kekurangannya di dunia dan akhirat." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan pentingnya saling membantu dan menolong di antara umat muslim, serta menjadi teladan yang baik bagi orang lain. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam perumpamaan seorang mukmin sebagai lebah yang selalu bekerja keras dan memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

source: Mukmin seperti Lebah. (openai.com)


THE COMPANION: Ka’b bin Zuhair - A Poet of Arab Jahiliyyah Embrac...

THE COMPANION: Ka’b bin Zuhair - A Poet of Arab Jahiliyyah Embrac...: Ka’b bin Zuhair bin Abi Sulma. Ka‘b ibn Zuhair (Arabic: كعب بن زهير‎) was an Arabian poet of the 7th century, and a contemporary of Rasu...

ANALISIS APPRAISAL TEKS EDITORIAL PANGUDARASA DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT


 

This article explores Pangudarasa’s editorial texts in the Panjebar Semangat magazine by using a systemic theory of functional linguistics particularly an appraisal analysis of texts. The objectives of this research are (1) to identify the appraisal tools in Pangudarasa’s editorial texts in a Javanese magazine called Panjebar Semangat, and (2) to describe the perceptions of Pangudarasa’s editorial text writers in the Panjebar Semangat magazine. This descriptive qualitative research used a qualitative method along with a content analysis platform. The data pertaining to words, phrases, clauses, and sentences coincided with appraisal tools. The data source was derived from the Panjebar Semangat magazine, which was published on December 21, 2019 entitled Kasus Garuda, Wanci Kang Pas Kanggo Ngresiki BUMN. The data analysis used a method of referential matching tools to determine a phenomenon beyond the language. The results of data analysis show that (1) appraisal tools in the editorial texts of Pangudarasa in the Panjebar Semangat magazine dominantly present appreciation (42.55%), judgment (36.17%) and affect (21.28%), and (2) the pattern of writers' perceptions to support the Minister Erick Thohir's decision in handling the Garuda Airlines case. This support is reinforced by the use of language functions to influence others by assessing a case directly and authors of editorial texts have a tendency to tell sensitive things or issues mainly concerned with events in the community.